Ticker

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Responsive Advertisement

Cerita Brigpol Iqbal Saat Tangani Laporan Temuan Mayat, Dari Aroma Busuk Menempel di Badan Hingga Pengalaman Mistis


 BALIKPAPAN - Cerita seorang anggota Unit Inafis Satreskrim Polresta Balikpapan, Brigpol Muhammad Iqbal dalam menangani berbagai temuan jasad. 

Baik jasad yang masih segar, sudah membusuk maupun hanya menyisakan tulang belulang. Penanganannya membuatnya itu mulai terbiasa. 

Iqbal bercerita, ia memulai karirnya sebagai kepolisian pada tahun 2013. Lanjut berdinas di Unit Inafis Polresta Balikpapan Polda Kaltim selang tiga tahun kemudian. 

Praktis, hitungan tahun berjibaku dengan mayat atas nama tugas membuatnya mengantongi beragam pengalaman. Pengalaman tak nikmat makan hingga klenik atau mistis. 

Ia mengenang, kasus pertama yang ditangani ialah temuan empat mayat membusuk pada medio bulan puasa. Keempatnya, kata Iqbal, merupakan sekeluarga yang tengah menaiki kapal namun mengalami laka laut. 

Melihat jasad manusia busuk, seingat Iqbal, terhirup aroma yang menusuk hidung. Tak sekali, ia ingin muntah bahkan sampai tak nafsu makan. 

"Pertama kali syok ya. Awal-awal itu muntah pernah, sulit makan juga pernah karena terbayang baunya. Cuma kita adaptasi dengan dibimbing senior," ujar Iqbal. 

Dia selalu mengingat apa yang diucapkan senior di Unit Inafis. Berbagai saran diterima hingga ia mulai tak aneh dengan beragam rupa jasad manusia, meski sudah tak utuh. 

Apalagi aroma mayat, menurut Iqbal, pasti melekat di baju atau badan meski sudah beranjak dari TKP. Dia mengaku, hal biasa. 

"Intinya jangan ditolak. Kalau tercium baunya, yasudah, hirup terus biarin. Kalau ditolak malah muntah. Dan kalau sudah pulang olah TKP, sampai rumah jangan dicari-cari (sumber baunya)," ucapnya meniru saran dari seniornya. 

Iqbal melanjutkan, cara tersebut itu dia terapkan. Dia mengakui, butuh 10 kasus temuan mayat hingga akhirnya dia mulai terbiasa dalam menangani laporan. 

Ditanya kasus yang paling tragis, ia memilih satu kasus pembantaian keluarga yang terjadi pada medio tahun 2018. Tepatnya di kawasan Jalan Soekarno Hatta KM 1, Muara Rapak, Balikpapan Utara, Balikpapan, Kalimantan Timur. 

Korbannya seorang juragan angkutan kota. Dimana korbannya dibunuh secara sadis. Ia mengingat, banyak luka sayatan di sekujur tubuh. 

Kemudian anaknya, turut tewas dengan kondisi mengenaskan. Disembunyikan di dalam lemari dengan kondisi mulut terikat sarung. 

"Dan saat kita temukan itu kondisinya sudah busuk juga. Itu paling saya ingat. Karena ini nggak ada barang atau yang hilang, jadi hampir mustahil kalau pencurian," ucapnya. 

"Anehnya, ketika si mayat bapak dan anak ditemukan, cuma istri yang nggak ada. Disitu kita mulai janggal," Iqbal melanjutkan. 

Alih-alih terduga pembunuhnya ialah istrinya, namun dipatahkan oleh laporan yang masuk bahwa istri dari juragan angkot itu juga ditemukan tewas terbunuh di Penajam.

Faktanya lagi, sambung Iqbal, justru sang istri yang lebih dulu tewas ketimbang si juragan angkot dan anaknya. Setelah pengusutan, mengerucut pada kebenaran bahwa pembunuhan itu dilakukan oleh istri kedua si juragan angkot. 

"Jadi baru ketahuan terakhir kalau motifnya harta. Ini (konflik) antara istri pertama dan istri kedua," tandas Iqbal. 

Penanganan kasus tewasnya juragan angkot itu, jadi memori tugas yang tak terlupakan bagi Iqbal. Pasalnya, tidak berhenti pada penanganan kasusnya yang kompleks, namun juga dibayangi pengalaman mistis. 

Iqbal bercerita, ketika itu dia baru saja pulang dari olah TKP kasus pembantaian juragan angkot tersebut. Sesampainya di rumah, ia bertemu dengan keponakannya. 

Bukannya disambut hangat, kata Iqbal, keponakannya itu justru lari terbirit-birit dan bersembunyi di kamar. 

"Lihat anak kecil tapi nggak kenal siapa. Mukanya jelek, bola matanya keluar kayak mau jatuh," ujar Iqbal mengulang deskripsi yang dituturkan keponakannya. 

Iqbal mengaku terperanjat. Betapa tidak, apa yang dirincikan keponakannya itu, identik dengan kondisi korban anak yang disembunyikan dalam lemari. 

"Cuma yaudah, saya bilang, supaya dia lanjut main aja. Takut dia terbayang-bayang terus," ucapnya. 

"Itu satu-satunya kasus yang sampai ada mistisnya. Nggak cuma ironis, makanya saya teringat sekali sama kasus itu," ungkapnya. 

Meski sempat syok di awal berdinas, Iqbal menuturkan, sudah mulai terbiasa bahkan menikmati profesinya sebagai polisi Inafis. Pasalnya, meski ujung-ujungnya menjumpai mayat, pasti latar belakang kematiannya beragam. 

Dan dirinya, meski sudah terjun langsung selama bertahun-tahun, dia selalu memegang teguh bimbingan dari senior. 

"Suka-duka itu pasti ada, yang pasti jangan penasaran sama sumber baunya. Kalau semisal sudah mandi, yasudah, jangan dicari. Karena kalau dicari, baunya itu pasti bakal muncul lagi," tandas Iqbal menutup cerita.